Semut
adalah makhluk hidup dengan populasi terpadat di dunia. Perbandingannya, untuk
setiap 700 juta semut yang muncul ke dunia, hanya terdapat 40 kelahiran
manusia. Semut merawat bayi-bayi mereka, melindungi koloni, bertempur,
memproduksi dan menyimpan makanan. Bahkan ada koloni yang melakukan pekerjaan
yang bersangkutan dengan “pertanian” atau “peternakan”. Masyarakat semut
disebut koloni, yang terorganisasi luar biasa baik. Tatanan organisasinya
memiliki peradaban yang mirip dengan peradaban manusia.
Semut pencari pergi ke sumber
makanan yang baru ditemukan. Lalu mereka memanggil semut lain dengan cairan
yang disebut feromon, yang disekresikan dalam kelenjar-kelenjar mereka. Saat
kerumunan di sekitar makanan membesar, sekresi feromon membatasi pekerja. Jika
makanan sangat kecil atau jauh, pencari menyesuaikan jumlah semut yang mencoba
mencapai makanan dengan mengeluarkan isyarat. Jika makanan besar, semut mencoba
lebih giat untuk meninggalkan lebih banyak jejak, sehingga lebih banyak semut
dari sarang yang membantu para pemburu. Apa pun yang terjadi, tak pernah ada
masalah dalam konsumsi makanan dan pemindahannya ke sarang, karena di sini ada
“kerja tim” yang sempurna.
Contoh lain berkaitan dengan semut
penjelajah yang bermigrasi dari sarang ke sarang. Semut ini mendekati sarang
tua dari sarang yang baru ditemukan dengan meninggalkan jejak. Para pekerja
lain memeriksa sarang baru itu dan jika mereka yakin, mereka juga mulai
meninggalkan feromon mereka sendiri (jejak kimiawi) di atas jejak lama. Oleh
karena itu, semut yang berjalan di antara dua sarang itu meningkat jumlahnya
dan mereka menyiapkan sarang. Selama pekerjaan ini, semut pekerja tidak
bersantai. Mereka membangun organisasi dan pembagian kerja tertentu di antara
mereka.
Tugas seluruh kelompok yang diperkirakan
oleh semut yang mendeteksi sarang baru adalah sebagai berikut: 1. Bertindak
sebagai pengumpul di wilayah baru. 2. Datang ke wilayah baru dan berjaga. 3.
Mengikuti penjaga untuk menerima perintah pertemuan. 4. Membuat survei
terperinci wilayah tersebut.
Tentu saja, kita tidak bisa
menyepelekan saja tanpa perenungan bahwa rencana aksi sempurna tersebut telah
dipraktikkan semut sejak hari pertama mereka muncul. Pembagian kerja yang
disyaratkan rencana seperti ini tidak dapat diterapkan oleh individu yang hanya
memikirkan hidup dan kepentingannya sendiri. Lalu muncullah pertanyaan berikut:
“Siapa yang mengilhamkan rencana ini dalam diri semut selama berjuta tahun dan
siapa yang memastikan penerapannya?”
Semua kategori komunikasi yang
disebut di atas dapat dikelompok-kan dalam judul “Isyarat Kimiawi”. Isyarat
kimiawi ini memainkan peran terpenting dalam organisasi koloni semut.
Semiokemikal adalah nama umum zat kimia yang digunakan semut untuk tujuan
menetapkan komunikasi. Pada dasarnya ada dua jenis semiokemikal, yaitu feromon
dan alomon.
Alomon adalah zat yang digunakan
untuk komunikasi antargenus. Namun, seperti yang dijelaskan sebelumnya,
fero-mon adalah isyarat kimiawi yang terutama digunakan dalam genus yang sama
dan saat disekresikan oleh seekor semut dapat dicium oleh yang lain. Zat kimia
ini diduga diproduksi dalam kelenjar endokrin. Saat semut menyekresi cairan ini
sebagai isyarat, yang lain menangkap pesan lewat bau atau rasa dan
menanggapinya. Penelitian mengenai feromon semut telah menyingkapkan bahwa
semua isyarat disekresikan menurut kebutuhan koloni. Selain itu, konsentrasi
feromon yang disekresikan semut bervariasi menurut kedaruratan situasi.
Seperti terlihat, diperlukan
pengetahuan kimia yang mendalam untuk mengelola tugas yang dilakukan semut.
Kita dapat menganalisis zat kimia yang diproduksi semut hanya melalui uji
laboratorium, dan harus menuntut ilmu bertahun-tahun untuk dapat melakukannya.
Namun semut dapat menyekresikan zat ini kapan saja mereka perlu, dan telah
melakukannya sejak hari mereka menetas, serta tahu betul tanggapan apa yang
perlu diberikan kepada setiap sekresi.
Kenyataan bahwa mereka dapat
mengidentifikasi zat kimia secara tepat begitu menetas menunjukkan adanya
“instruktur” yang memberi mereka pendidikan ilmu kimia saat menetas. Mengklaim
hal sebaliknya berarti menerima bahwa semut telah mempelajari ilmu kimia
perlahan-lahan dan mulai melakukan percobaan: ini melanggar logika. Semut
mengenal zat-zat kimia ini tanpa pendidikan apa pun saat menetas.
Kita tak bisa berkata bahwa semut
lain atau makhluk hidup lain adalah “guru” semut itu. Tak ada serangga, tak ada
makhluk hidup, termasuk manusia, yang mampu mengajari semut cara memproduksi
zat kimia dan berkomunikasi dengannya. Jika ada tindakan pengajaran sebelum
lahir, satu-satunya kehendak yang mampu melakukan tindakan ini adalah Allah,
yang merupakan Pencipta segala makhluk dan “Rabb [Pendidik]” langit dan bumi.
+ comments + 1 comments
ayo dicoba keberuntungannya bersama dengan kami di fanspoker^^com
dapatkan juga bonus rollingan dan refferalnya
Post a Comment